Rabu, 09 November 2011

BURUNG BEO MISUH

Beo bisa dan fasih bilang assalamualaikum.
Beo pintar berkata, alhamdulillah ya sesuatu dan menirukan lagu Ayu Tong Tong di mana dimana...
Beo bisa ngomong halelujah.
Beo pintar berdoa hom santi santi om. Beo cakap bilang prikitiew, pusiiiiiing, asik-asik.
Beo juga bisa bilang bim salabim. Beo pintar bilang abradacabra.
Beo bisa ngomong,nyerocos, membunyikan doang, sesuai dengan arahan tuannya.
Namun, tidak paham dan tak mengerti, hanya menghafal semata.
Beo sekarang sudah bisa ngomong ass.wr.wb Djas, kata temanku.
Subhanallah, tambahnya.
Tapi ternyata Beo juga bisa berteriak : cuaaangkemmu, muaatamu, mbahmu!!
Burung beo pun bisa misuh.
Beo tak bisa membedakan mana kalimat tayyibah, mana kalimat menghardik.
Apa yang diajarkan tuannya, ditirukan walau tak paham maksudnya.
Beo gagal membedakan kata benda dan kata kerja.
Beo hanya membunyikan dan menyuarakan,tak berjiwa dan bermakna.
Dan dengan kecanggihan menirukan suara orang,adalah bentuk ketundukan kepada Tuhan yang sudah sunnatulah dan imanent.
Ketundukan kepada Tuhan adalah ISLAM.
Ketundukan taklid kepada Ustad, Idola, teman maupun pimpinan partai, bukan Islam.
Beo identik dengan juru bicara yang loyalis dan taklid kepada tuannya tanpa berpikir ini gelap atau cahaya.
Tentu Beo tidak turun derajad ketika hanya menirukan kata yang diajarkan tuannya.
Kalau manusia hanya membunyikan apa kata Ustaznya, tidak kritis berarti derajadnya turun seperti Beo, kata santriwati Jamaah Tarekat Al Manuk-Menikiyah.
Kalau sudah fasih bilang ass. wr. wb, tapi tak menyelamatkan, merahmati dan memberkahi, ,apa bedanya dengan Beo, kata tukang kebun di pendopo Jamaah Tarekat Al Manuk-Menikiyah.(JTMM adalah jamaah penebar cinta universal ).
Assalamualaikum menjadi kosong alias nol besar; ketika tidak menyelamatkan lawan bicaranya, bukan.
Dan Beo pun terbang lepas dari sangkar tuannya, entah kemana...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar