Senin, 25 Juli 2011

NgePOkke- roSO

NgePOke-roSO atau poso dalam bahasa jawa adalah membatasi keinginan.
Puasa instrumen untuk belajar tahu diri dan tahu posisi.
Kapan bilang ya, kapan bilang tidak.
Tidak selalu tawaran kenaikan jabatan dengan fasilitas menggiurkan harus diterima apalagi dikejar.
Selalu waspada akan kebutuhan atau nafsu keinginan.
Karena sumber ketidaktentraman hidup bersumber dari bahaya dan ancaman yang dikandung oleh keinginan yang dibiarkan memperoleh hagemoni dalam batin manusia.
Kesadaran tinggi perihal nilai kapan tambah nasi, kapan bilang cukup.
Kewaspadaan paripurna, bahwa kelebihan adalah kesia-siaan.
Puasa sangat dibutuhkan bagi yang sangat berpunya,karena modalnya ada untuk berfoya-foya.Bagi si miskin lapar sudah biasa.
Namun, puasa bukan hanya untuk menahan lapar saja, melainkan untuk pedekate kepadaNya.
Agar terjaga ketahanan terus menerus, menjadikan Allah sebagai direktur utama dan pertimbangan utama dalam menentukan pilihan hidup.Baik ketika menjadi karyawan, pebisnis, politikus maupun social worker.Sebagai sales, tukang sol sepatu ataupun tukang patri.
Lantas,selama ini... siapakah direktur utamamu dan pertimbangan utamamu dalam memilih jodoh,pekerjaan,berangkat haji maupun memilih partai politik.Pasangan hidupmu,anakmu, atau temanmu yang justru menjerumuskanmu...???
Nah, apakah saya dan kalian telah melibatkan Tuhan dalam mengambil keputusan penting dalam hidup???
Kecuali kalau kalian menganggap Tuhan itu ternyata tidak ada dan yang kalian anggap utama dan realitas di dunia adalah uang,kartu atm dan credit card he he.
Dan ngePOke roSO adalah hati yang selesai, hati yang tentram.
Hati yang dipanggil Allah dengan suasana saling ridha dan diridhai.
Nggak peduli koen sorbanan, jilbaban, atau kuplukan, tapi lek atimu gak semeleh ambek mutmainnah secara linier yo gak diceluk barek gusti Allah.
Namun Tuhan, sungguh meng-samudra ampunan dan kasih sayangNya.
Ya terserah Tuhan aja.
Bagiku tak masalah menjadi apapun, asal Tuhan gak marah, karena kemarahanNya adalah sangat menyengsarakan dibanding kesengsaraan apapun di dunia.
Sayang dan kasih Tuhan,amat istimewa dibanding seluruh kemewahan di dunia........bukan?


Menjelang Ramadhan 1432 H

Jumat, 22 Juli 2011

UNIVERSITAS UNIVERSAL

Tak penting asal muasal,nasab dan keturunan.
Keturunan Arab,Cina atau campuran pribumi-afghanistan.
Banci,wanita kelaki-lakian atau wanita sok kewanitaan.
Beragama Islam,Nasrani, Kong hu cu,Dharmogandul,Gatoloco, Budha, Hindu atau Yahudi.
Bahkan kafir,animis atau ateis.Fakir,the have atau yang hidupnya senin kamis.
Tak penting mbahmu atau bapakmu terlibat PKI atau memang asli PKI.
Lahir orde PNI atau orde Korupsi.Gak penting ente lulusan SD,tsanawiyah ataupun Universitas Bariah.
Sungguh penting bagiku,adalah titik temu kemanusiaan.
Titik awal,alasan marah dan kecewa ketika melihat diskriminasi dan ketidakadilan.
Kecuali, kalau kalian bebek-bebek,'pak dan bu turut' subordinat kepentingan.
Atau tersandera balas budi yang tak terelakan.
Kecuali kalau engkau rela terkooptasi wuwu kemunafikan.
Sungguh foolishness, kalau untuk kebenaran takut dikucilkan kerabat dan teman.
Bila hatimu bergetar marah melihat ketidakadilan kita adalah kawan,kata Che.
Karena di kemudian hari setiap kata mesti dipertanggungjawabkan secara individual.
Titik kemanusiaan adalah ranah kerjasama yang tak membedakan,kecuali teologi dan keyakinan.

Kamis, 14 Juli 2011

MY FIRST LOVE

Sungguh konsisten Engkau akan janji karunia terindah tak bertepi terhadap pernikahan.
Karena memang ide pernikahan dari Engkau
Mahar cincin besi mengajarkan kesederhanaan dalam jalin-kelindan tautan cinta dua insan
Kisah pemuda pengasah pedang yang pundaknya digamit Muhammad habibullah.
Ketika kekayaannya hanya sebilah pedang dan cinta, pantang surut untuk memperjuangkannya.
Dan Bundapun mulai ragu atas kekonsistenan janjiNya
Saat Bunda bimbang dan tak memberi kekuatan.
Maka kuluruskan mata pedang dengan dagu tegak dan dada terbusung
Atas nama Tuhan, aku langkah kaki menuju altar 'perjanjian agung'
Mereka meramalkan 'durasi cinta' kita tak akan panjang.
Banyak manusia dewasa tapi tak matang, sehingga gagal memahami cinta.
Cinta mereka dangkal dan gersang, karena cinta mereka sebatas superfisial-eksoterik.
Cinta mereka hanya daging dan tubuh, bukan hati dan ketulusan.
Cinta mereka, sejak awal telah keliru memantik anak panah cintanya.
Semoga cinta kita, cinta Engkau juga.
Berdurasi sesuai ijinNya sampai menginjakkan kaki ke halaman surgaNya
Lantas mengetuk pintu dengan menatap bersama wajah sang Maha Cinta.