Tak penting asal muasal,nasab dan keturunan.
Keturunan Arab,Cina atau campuran pribumi-afghanistan.
Banci,wanita kelaki-lakian atau wanita sok kewanitaan.
Beragama Islam,Nasrani, Kong hu cu,Dharmogandul,Gatoloco, Budha, Hindu atau Yahudi.
Bahkan kafir,animis atau ateis.Fakir,the have atau yang hidupnya senin kamis.
Tak penting mbahmu atau bapakmu terlibat PKI atau memang asli PKI.
Lahir orde PNI atau orde Korupsi.Gak penting ente lulusan SD,tsanawiyah ataupun Universitas Bariah.
Sungguh penting bagiku,adalah titik temu kemanusiaan.
Titik awal,alasan marah dan kecewa ketika melihat diskriminasi dan ketidakadilan.
Kecuali, kalau kalian bebek-bebek,'pak dan bu turut' subordinat kepentingan.
Atau tersandera balas budi yang tak terelakan.
Kecuali kalau engkau rela terkooptasi wuwu kemunafikan.
Sungguh foolishness, kalau untuk kebenaran takut dikucilkan kerabat dan teman.
Bila hatimu bergetar marah melihat ketidakadilan kita adalah kawan,kata Che.
Karena di kemudian hari setiap kata mesti dipertanggungjawabkan secara individual.
Titik kemanusiaan adalah ranah kerjasama yang tak membedakan,kecuali teologi dan keyakinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar